gravatar

Kijang Seruduk Delapan Pelajar

Nasib yang menimpa delapan pelajar SMP Sriguna Palembang benar-benar tragis. Saat menunggu angkutan umum di pinggir jalan, tepatnya depan gapura Lr Pegagan, Jl DI Panjaitan, Kelurahan 16 Ulu, Kecamatan SU II, Palembang, kemarin (23/11), mereka diseruduk Kijang GLX warna silver bernopol BG 1623 MF.
Kejadian sekitar pukul 12.00 tersebut menyebabkan Herni Purnamasari (13) tewas di tempat kejadian perkara (TKP) yang berada persis berseberangan dengan markas Yon Zikon Kompi B/C dan Stadion Patrajaya, Plaju. Sedangkan, tujuh rekannya mengalami luka berat dan ringan. Masing-masing, Siti Mulyani (13), Usnani (12), Sindi P Saraswati (13), Fadillah Astuti (13), Randi Safta (13), dan Rita Savitri (13).
Satu orang lagi tidak diketahui identitasnya. Lantaran usai kejadian dan setelah menjalani perawatan di RS Muhammadiyah Palembang bersama enam rekannya yang lain, ia diizinkan pulang. “Kejadiannya berlangsung cepat,” ujar korban Rita Savitri (13), siswa kelas 8 SMP Sriguna kepada koran ini saat menjalani perawatan di ruang Instalasi Rawat Darurat (IRD) RS Muhammadiyah.
Rita yang terlihat masih shock atas kejadian tersebut menceritakan, ia bersama enam korban lainnya bermaksud hendak pulang ke rumah dan menunggu angkot. Tiba-tiba, mobil Kijang dari arah Palembang yang belakangan diketahui disopiri karyawan PT Surveyor Indonesia, Imam Riadi Batubara (28) warga Jl Tulang Bawang I, No 2430, RT 36, Kelurahan Lebong Gajah, Kecamatan Sako, Palembang, datang dan langsung menyeruduk para siswa.
Laju mobil Kijang terhenti setelah menabrak sepeda motor Yamaha Vega R BG 3316 MK milik Noviansyah (18) pelajar SMK YPT. Saat itu, motor tengah diparkir di depan warung bakso Cipto Roso, berjarak lima meter dari TKP.
“Mobil yang ngarah ke Plaju itu, keluar jalur dan langsung nabrak kami. Aku dewek tepental Pak, sampe bahu aku sakit nian," kata Rita lagi.
Sebelumnya, Noviansyah menuturkan, mobil Kijang yang menabrak motornya melaju kencang. "Mobil itu ngebut nian Pak, dio langsung banting setir ke kanan dan nabrak budak-budak SMP itu. Sebagian tepental. Laennyo teseret sampe nabrak motor aku. Herni dewek yang meninggal itu mati tegencet motor aku dalem posisi telentang Pak," katanya.
Usai kejadian tersebut, para pelajar dan warga sekitar TKP emosi. Apalagi, Imam, sang sopir Kijang sepertinya berusaha kabur. Puluhan siswa lantas menghadang mobil tersebut dan memaksa Imam keluar. Beruntung ada anggota polsek melintas yang langsung mengamankannya. "Kami ramai-ramai ngadangi mobil dio Pak, kareno nak lari. Sudah itu kami gedor-gedor supayo keluar, sampe tangan aku sakit galo ngedor kaco itu," tukas Noviansyah.
Anggota Pos Pol Laka 901 Poltabes Palembang, begitu tiba di TKP langsung mengamankan sopir Kijang maut tersebut. Sejumlah saksi dimintai keterangan. Begitu juga barang bukti mobil Kijang dan motor diamankan.
Kondisi kedua kendaraan terutama sepeda motor cukup parah. Sedangkan Kijang hanya lepas bagian bemper saja. Kap maupun kaca depan mobil terlihat berlumuran darah yang diduga percikan darah para korban yang diseruduk mobil tersebut.
Petugas piket Pos Pol Laka 901 Poltabes Palembang Aiptu Sucipto didampingi Bripka Dodi dan anggota piket lainnya menduga kejadian tersebut berawal dari kepanikan tersangka. "Dalam pengakuannya tersangka mengatakan ada motor menyalip dia dengan boncengan orang tiga dari arah sebelah kanan. Tiba-tiba motor itu berhenti mendadak dan tetabrak. Tersangka yang panik ingin menginjak rem malah terinjak gas sehingga menabrak para siswa,” jelas Sucipto.
Berbeda dengan keterangan saksi. Kata Sucipto, mereka justru tidak melihat ada motor yang menyalip mobil tersangka. "Keterangannya berbeda dengan saksi dan fakta di lapangan,” ujarnya.
Sucipto menganalisa, jika dari keterangan saksi memang di depan tersangka di lajur kirinya ada mobil bus kota dan angkot berhenti menaikkan penumpang. Nah, besar kemungkinan tersangka mau menghindar mobil tersebut hingga banting setir ke kanan dan menabrak para siswa.
Tersangka Imam yang saat kejadian hendak ke rumah kerabatnya di Komperta Plaju itu, mengaku masih sangat shock. "Saya tak tahu mau ngomong apa-apa Pak. Saya masih kaget dengan musibah ini,” cetusnya. Saat kejadian, lanjutnya, dia merasa ada motor yang menyalip dan tiba-tiba berhenti. "Motor itu tiba-tiba berhenti sehingga saya berusaha banting ke kanan, tapi motornya tetap tetabrak dan saya juga menabrak siswa-siswa itu," tandas Imam.
Minta Palaku Bertanggung Jawab
Sementara itu, Kepala SMP Sriguna H Densura menuntut pertanggungjawaban pelaku penabrak anak didiknya. "Saat ini, biaya perawatan enam siswa kita serta Herni yang meninggal kita yang tanggung. Tapi, kita minta pelaku penabraknya punya tanggung jawab moral mengurusi hal ini. Termasuk, membantu biaya perawatan para korban dan santunan kepada yang meninggal," ujar Densura ditemui saat mengurusi para siswanya yang dirawat.
Kejadian tersebut, lanjutnya, membuat pihak sekolah shock dan berduka. "Herni siswa yang meninggal itu, rajin dan disiplinnya tinggi. Ia juga termasuk murid yang pandai. Jelas, kami kehilangan,” kata Densura lagi.
Dua jam setelah kejadian, Sumatera Ekspres mendatangi kediaman orang tua Herni di Jl KH Azhari, Lr Kikim, RT 9, RW 11, Kelurahan Tangga Takat, Kecamatan SU II, Palembang. Di rumah berukuran 4x6 meter persegi terbuat dari kayu tersebut terlihat kesedihan tengah menggelayuti hati ibu dan kerabat almarhumah.
Ismail, ayah Herni mengaku sangat kehilangan putri bungsunya tersebut. "Dia ini kesayangan kakak-kakaknya Pak, karena perempuan sendiri dan yang paling kecil dari empat saudara," ujar Ismail berusaha tabah.
Di mata keluarganya, Herni sangat penurut. Sedikit pendiam dan tidak neko-neko. “Paling rajin Pak dan paling pintar dibandingkan dengan saudaranya. Dia juga berprestasi di sekolah," tutur Ismail.
Sebelum kejadian nahas tersebut, Ismail mengaku sudah mendapat firasat aneh. Di sebelah rumah, katanya, ada Yani teman Herni yang juga jadi korban. "Biasanya anak saya pergi sekolah selalu bareng dengan Yani. Tapi tadi (kemarin) tidak. Mereka pergi sendiri-sendiri. Pulangnya juga selalu sama-sama. Selain itu pagi tadi anak saya juga tidak biasanya tidak pamit dulu sebelum sekolah," imbuhnya.
Keanehan lain, menurut dia sang anak yang biasa sarapan di dalam rumah memilih sarapan di depan rumah. "Saya sudah suruh dia makan di dalam saja tapi tidak mau. Terus terang saya resah sejak itu, ternyata kejadiannya seperti ini," tandasnya.
Sang kakak bernama Hasan sempat mendatangi Pos Pol Laka 901 Poltabes Palembang. Ia melihat langsung pelaku penabrak adiknya hingga tewas. "Siapa yang tidak sakit, adik perempuan paling kecil kita meninggal dengan cara seperti ini. Kalau tidak sama polisi tadi pasti sudah saya balas perlakuannya," ujarnya dengan suara meninggi.